Trenggalek – Ada 14 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di wilayah Trenggalek selama musim kemarau ini. Kebakaran terjadi di wilayah hutan Perhutani dan lahan warga.
Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek Stefanus Triadi Atmono mengatakan karhutla itu terjadi selama periode 21 Juli hingga 6 September 2024.
“Karhutla terjadi di 4 desa/kelurahan di 3 kecamatan. Kejadian terakhir siang tadi di Desa Jatiprahu, Karangan,” kata Triadi, Jumat (6/9/2024).
Menurutnya sejumlah kawasan hutan dan lahan yang sering mengalami kebakaran yakni di lereng Gunung Orak-arik, Desa Karangsoko, Kecamatan Trenggalek, serta Gunung Kuncung dan Gunung Jaas di Kelurahan Tamanan.
“Sekali terbakar luas area yang tedampak antara 1-3 haktare. Kondisi hutan yang kering membuat api dengan cepat meluas,” jelasnya.
Triadi menjelaskan untuk menanggulangi dampak karhutla itu tim gabungan TRC BPBD, Perhutani, Satpol PP, Damkar, TNI, polisi, dan relawan diterjunkan ke lokasi kejadian.
“Kebakaran hutan itu beda dengan peristiwa kebakaran rumah, karena rata-rata tempatnya terjal dan sulit dijangkau, sehingga harus jalan kaki dan menggunakan peralatan manual,” ujarnya.
Guna mencegah api tidak meluas, petugas gabungan membuat sekat di sekeliling lokasi kebakaran. Dia pastikan dari 14 kejadian itu tidak ada yang sampai merembet ke rumah penduduk maupun mencelakai warga.
Mantan Kasatpol PPK Trenggalek ini mengaku belum bisa memastikan penyebab pasti rentetan kebakaran itu, karena pihaknya baru mengetahui setelah api membesar.
“Ada beberapa kejadian itu dugaannya dari sisa pembakaran sampah maupun serasah yang ada di dekat hutan,” imbuhnya.
Untuk mengantisipasi terulangnya kebakaran hutan, pihaknya mengimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas yang membahayakan saat berada di dekat kawasan hutan.
“Misalkan membakar sampah di dekat hutan maupun buang puntung rokok. Perlu kita ketahui saat ini Trenggalek kondisinya sedang kekeringan sehingga hutan sangat rawan terbakar,” katanya.